Sudah dilihat 232 Kali, Hari ini saja ada 2 Kali dilihat
SAMARINDA – Pernyataan kekecewaan Ketua Pemuda Katolik Kota Samarinda yang menyebut Ketua Pemuda Katolik Komda Kaltim lemah dalam hal koordinasi ternyata memang bukan hanya sekadar isapan jempol belaka. Selain mengklaim suara cabang termasuk suara Samarinda di Kongres Nasional Pemuda Katolik di Semarang, juga masih ada dugaaan sejumlah kejahatan organisasi lainnya yang dilakukan yang bersangkutan.
Bahkan sejumlah pengurus Pemuda Katolik Kaltim membenarkan hal ini. Seperti pengakuan Wakil Ketua Bidang Humas dan Hubungan Antar OKP, Silvester Hengki Sanan. Kata dia, jangankan pengurus Komcab. Dirinya yang merupakan pengurus Komda Kaltim saja tak pernah dilibatkan dalam sejumlah pengambilan keputusan penting organisasi. Bahkan cenderung melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), namun terkesan biasa akibat lemahnya kontrol arus bawah.
“Ketua dan Sekretaris ini seperti single fighter. Ini tidak sehat untuk dipelihara dalm sebuah organisasi. Organisasi dijadikan barang mainan. Kita sudah kumpulkan sejumlah bukti kejahatan organisasi. Bersama Komcab yang merasa dirugikan, nanti kita akan adukan ini ke pihak berwajib agar bisa diselidiki lebih jauh,” kata Hengki.
Ia mengaku sangat kecewa. Karena menurut dia, Ketua dan Sekretaris merupakan pucuk pimpinan, sehingga harus menjadi cerminan bagi marwah sebuah organisasi. Namun yang dilakukan cenderung menodai demokrasi dan jauh dari semangat organisasi kepemudaan yang membawa nafas Katolik.
“Mereka sudah menyalahgunakan kewenangan yang dipercayakan teman-teman. Mulai dari dugaaan penyalahgunaan klaim dukungan dari cabang, hingga mencatut nama orang di luar anggota Pemuda Katolik dan dipaksa mewakili suara cabang. Sekali lagi ini kejahatan organisasi. Sebenarnya untuk kepentingan apa melakukan pembohongan seperti ini, kalau bukan untuk kepentingan pribadi. Ini baru satu, dan masih banyak lagi perbuatan tidak terpuji lainnya,” kata Hengki kesal.
Sejauh ini, Hengki mengaku bersama rekan-rekannya sudah coba melakukan konfirmasi kepada yang bersangkutan. Namun respon yang diberikan sungguh mengecewakan. Bahkan ruang komunikasi sengaja ditutup. Grup WhatsApp sebagai wadah diskusi Komda Kaltim pun sengaja dibubarkan untuk menghentikan diskusi secara sehat.
“Kecurugaan kami pembubaran grup ini karena tidak ingin kejahatan yang dilkukan diketahui rekan-rekan pengurus yang lain. Kami mewakili pengurus Komda juga meminta dengan hormat kepada Pengurus Pusat untuk tidak ikut campur. Karena yang kami suarakan ini suara kebanaran. Ini murni untuk penyehatan organisasi. Kita tidak ingin organisasi yang kita cintai ini tercoreng oleh kelakukan oknum tertentu,” tandas Hengki.
Sejauh ini, baik Ketua maupun Sekretaris Komda Kaltim yang sedang mengikuti Kongres di Semarang itu belum bisa dikonfirmasi. (*/Dho)
https://swarakaltim.com/2021/11/13/jadi-single-fighter-ketua-pemuda-katolik-kaltim-dianggap-langgar-ad-art/