Pembacaan Puisi 76 Penyair Indonesia Meriahkan HUT RI Ke-76

Sudah dilihat 210 Kali, Hari ini saja ada 2 Kali dilihat

JAKARTA- Masing-masing orang dan masing-masing profesi punya caranya sendiri dalam memperingati dan memeriahkan Hari Ulang Tahun kemerdekaan RI yang ke 76 tahun. Seperti 76  penyair se-Indonesia ini, mereka menyambut HUT-RI dengan pembacaan puisi yang akan digelar di Taman Inspirasi Sastra Indonesia.

Sebelum 76 penyair membaca puisi, panitia terlebih dahulu melaksanakan jumpa pers secara zoom pada Minggu (15/8) pukul 14.00 sd 16.00.

Ada cukup banyak nama senior, akademisi, politisi, anggota KPU, guru, dosen penulis, sastrawan, budayawan, dokter, dan sederetan nama yang sudah berkarya, oleh mereka yang sudah berkontribusi bagi Daerahnya.

Dari Kalimantan Timur ada Nama H.Sukardi Wahyudi Sastrawan Senior dari Tenggarong Kutai Kartanegara dan Selamat Said Sanib, Penyair yang politisi dan Politisi yang  Penyair, mereka berdua terlibat  dalam mengisi Buku 76 Penyair Membaca Indonesia.

Said panggilan akrabnya adalah Ketua Sanggar Seni dan Budaya Benaung Kalimantan Timur. Dalam Zoom Meeting Tanggal 15 Agustus 2021 Jam 14.00 Wib di dapuk Pembaca Doa Untuk Bangsa. Sebagaimana RunDown Acara.

Berikut dua puisi yang dibuat oleh penyair Kaltim Selamat Said Sanib:

PATRIOTISME
Oleh Selamat Said Sanib

Pekikkan Merdeka
Menghentak persada Nusantara
Membahana seantero pelosok Negeri
Mengelorakan semangat Patriotisme

Patriot Is Me
Patriot itu Aku

Suaraku parau teriak Merdeka
Tak mampu berteriak lantang melepas belenggu fikiran

Merdeka dari  Kebodohan
Merdeka dari Kemiskinan
Dan Merdeka dari Ketidakadilan

Walau usiaku menapak senja
Semangatku tetap berdiri  kokoh menopang  tiang
Agar engkau tetap berkibar
Meski Aku gamang  Ibu pertiwi menangis mengandung beban sejarah

Teruslah berkibar Merah Putihku
Mengangkasa memayapada 76 Tahun Indonesiaku  Merdeka

Samarinda, 14 Juni 2021

JEJAK LANGKAHMU
Oleh Selamat Said Sanib

Ku ikuti jejak langkahmu
Tujuh Puluh Enam Tahun Kau Merdeka

Langkah tertatih iringi langkahmu
Luka menganga mengandung penderitaan pelosok Negeriku

Aku hanyalah setetes hujan
Yang jatuh pada debu yang berserakan menaruh harapan

Pandemi entah kapan berakhir
Carut marut ekonomi di kuasai manusia segelintir
Rakus kekuasaan  Rakyat terpinggir
Kedaulatan Rakyat dinyinyir

Beban pajak Rakyat menangis
Indonesia sepanjang jalan gerimis

Samarinda, 15 Juni 2021